Sekilas tentang The Mocha Eyes (Novel By Aida M. A.)
The Mocha Eyes
Penulis: Aida.M.A
Penyunting: Laurensia Nita
Penerbit: Bentang Pustaka – Pustaka Populer
ISBN: 9786027888326
Harga: Rp.44.000
—————————————–
Komposisi: Cinta, Kejujuran, Kelembutan, Perubahan, dan Moka
Cara Penyajian: Tuangkan kejujuran, kelembutan, perubahan, dan moka ke dalam cangkir. Tambahkan 180cc air cinta, aduk, dan sajikan.
Cara Penyajian: Tuangkan kejujuran, kelembutan, perubahan, dan moka ke dalam cangkir. Tambahkan 180cc air cinta, aduk, dan sajikan.
Kehadiranmu menjadi hal yang kutunggu.
Kusesap kelembutanmu dengan senyuman,
menafikkan sedikit pahit karena ternyata terasa manis.
Kamu dan aku seperti dua hal yang terlihat senada namun berbeda.
Karena aku justru menemukanmu dalam sepotong cinta.
Kusesap kelembutanmu dengan senyuman,
menafikkan sedikit pahit karena ternyata terasa manis.
Kamu dan aku seperti dua hal yang terlihat senada namun berbeda.
Karena aku justru menemukanmu dalam sepotong cinta.
Ya, menunggumu bersatu denganku,
seperti mencari rasa cokelat dalam secangkir Mochaccino.
Karena aku tak akan merasakan manis,
dalam setiap hal yang tergesa-gesa,
kecuali semuanya tiba-tiba menghilang ….
seperti mencari rasa cokelat dalam secangkir Mochaccino.
Karena aku tak akan merasakan manis,
dalam setiap hal yang tergesa-gesa,
kecuali semuanya tiba-tiba menghilang ….
Di dunia ini tidak ada yang kebetulan, yang ada hanya pilihan.
Aku dulu seumpama kopi dan dirimu coklat. Dan, biarkan cinta ini menyatu
seperti moka karna tidak ada cinta yang serbasempurna dab tidak ada cinta yang
selalu merana.
Muara, seorang gadis ceria dengan prestasi yang lumayan tiba-tiba saja merubah hidupnya seperti cangkir kosong karna pemerkosaan dan teror yang dialaminya. Tak hanya itu, sang ayah yang mengetahui putri kebanggannya diperlakukan sedemikian rupa, terkena serangan jantung dan meninggal dunia.
Rasa ‘kotor’ dan bersalah
terus menyelimuti hati Muara, hingga ia menuangkan cangkir kehidupannya itu
dengan pahit kopi. Muara menjadi seorang yang anti-sosial, ia mnghukum dirinya
sendiri dengan berlindung dibalik sikap semaunya, tak peduli dan hanya
mempercayai dirinya sendiri. Muara cuti dari kuliahnya karna dengan
beraktifitas di kampus –tempat dirinya diperkosa- itu membuat dirinya mengingat
kembali peristiwa kelam itu. Beban berat untuk sang Ibu yang tidak hanya sedih
akan nasib anaknya saja, tetapi kesepian tanpa suami sebagai penyangga dan Muara
yang kian hari kian berbeda. Muara memang mengisi hari cutinya dengan bekerja,
tapi ia juga sering mengalami pemecatan akibat ketidakbisaannya untuk bangun
pagi, insomnia karna pelarian permasalahan jiwa yang menuntunya untuk terus
meminum kopi dan merokok.
Lukanya kian merana
kala kebahagiaan muncul sejenak, sebelum penghianata yang dilakukan Damar,
kekasihnya. Setahun berlalu, luka itu semakin terakumulasi, menambah pahit
hidupnya bahkan sosok uluran cinta Genta –atasannya-, ia tolak mentah-mentah
dengan kata-kata yang menyakitkan. Beruntung, Genta adalah sosok pemaaf dan
profesioanal, sejenak Muara dapat bercermin dari sosok Genta yang bisa
memaafkan, sementara dirinya? Ia hanya memendam luka saja dari Damar, ia
tersiksa dengan perasaannya sendiri.
Tapi, hidup tak
selamanya pahit. Sebuah acara training pegawai di puncak awal penemuaan sosok coklat dan cinta moka
yang ditawarkan Fariz, mampu membuat dirinya ingin berubah. Bukan untuk
siapa-siapa, tapi untuk dirinya sendiri. Perlahan Muara kembali menjadi Muara
yang ceria, bahkan lebih tegar. Perlahan ia mulai menuangkan rasa coklat dalam
cangkir kehidupannya, beranjak melanjutkan kembali kuliah yang ditinggalkan 2
tahun lalu, pekerjaanya pun kian membaik, bahkan ia mendapatkan kenaikan pangkat
yang pesat. Kebahagiaan itu kian bertambah saat Damar –yang masih dicintainya-
datang kembali, menawarkan cinta. Lalu apa yang ia pilih... Fariz dengan
pengakuan cintanya yang membebaskan ataukah Damar dengan tawaran hubungan yang
baru?
Kalau bahagia itu ada pada masa lalu, ia hanya menjadi sesuatu
yang mampu dikenang, tetapi tidak bisa dirasakan. Sebaliknya, kalau bahagia itu
ada pada masa depan, bahagia itu hanya sebuah kebohongan. Bahagia itu sekarang.
Di sini, menunggumu menyambutnya dengan senyuman. Bukan sudah berlalu ataupun
nanti. Tetapi, kenahagiaan itu terjadi sekarang.
Novel ini sangat menarik, dipadu dengan diksi yang menawan, bahasa anggun sastra yang penuh makna menambah keseruan di dalamnya, meski terkadang memerlukan logika berulang untuk mengartikannya, justru hal ini yang membuatnya semakin menarik, sama seperti rasa coklat yang terkandung di dalam moka, membaca novel ini, membuat kita mencari-cari makna yang sesungguhnya luar biasa, dan setelah menemukannya, akan sulit dilupakan dan membuat ketagihan.
Novel ini sangat menarik, dipadu dengan diksi yang menawan, bahasa anggun sastra yang penuh makna menambah keseruan di dalamnya, meski terkadang memerlukan logika berulang untuk mengartikannya, justru hal ini yang membuatnya semakin menarik, sama seperti rasa coklat yang terkandung di dalam moka, membaca novel ini, membuat kita mencari-cari makna yang sesungguhnya luar biasa, dan setelah menemukannya, akan sulit dilupakan dan membuat ketagihan.
Dilukiskan dengan dua
point of view yang membuat kita jadi benar-benar mesakan perasaan tokoh Muara
juga orang-orang disekitarnya, menuat kita jadi memahami bahwa sesuatu tidak
hanya harus diselesaikan dari satu sudut saja, tetapi harus menilik sudut lain.
Apa yang kita anggap, tidak selalu sama dengan persepsi orang lain.
Kamu hanya perlu melakukan satu hal. Kamu harus mampu memaafkan
sesuatu yang tidak mungkin bisa berubah lagi. Ikhlas atau tidak ikhlas, semua
itu sudah terjadi. Mungin satu-satunya jalan yang paling tepat adalah mulai
memaafkan. Dan satu lagi, beri kepercayaan kepada seseorang yang akan kamu
cintai nanti karna saat kamu sudah memberikan kepercayaan dan bisa menceritakan
banyak hal, maka hatimu akan lebih tenang.
Pesan moral yang
disajikan terasa sangat pas dan menyentak, bukan untuk kasus seperti Muara
saja, tapi untuk kita yang memendam perasaan ‘bersalah’ atau benci. Novel ini
memberikan cerminan untuk kita menata hati agar tidak menyulitkan diri kita
sendiri, tapi dengan cara yang tidak menggurui, sehingga stimulus itu mampu
masuk mempengaruhi sugesti otak kita dengan baik. Kamu akan merasa seperti
menyelami dirimu sediri. Tidak membosankan dan sangat inspiratif. Dipadu dengan
romantisme yang tidak melulu dan berirama lembut, membuat anda terhanyut
seperti campuran coklat dan kopi yang bersatu menjadi moka. Yang jelas, membaca
ini novel ini, membuat saya merasa seperti sedang benar menikmati moka.
5 komentar
Terimakasih :) Selamat berkunjung :)
BalasHapusudah punya bukunya, tapi belum sempat baca :D, hahaha
BalasHapusSeru deh... tapi mencernanya harus teliti soalnya makna tersembunyi yang dalem banget :)
Hapusooo gitu yah :)
HapusEh, klu gak salah Mia yg menang buku ini kan wktu GA dari mba Aida? Selamat yah :D
Hihihi iya alhamdulilah , tau aja :D
HapusJangan lupa tinggalkan jejak dengan komentar, kritik dan saran... mari berteman