MOVE ON DENGAN BERANI BERMIMPI

by - Kamis, Juli 25, 2013


Awalnya, aku hanyalah remaja madya yang terlalu berfikir realistis dan bahkan enggan untuk bermimpi, aku terlalu pasrah pada takdir buruk yang menerpaku. Tapi di awal tahun 2012, sesuatu yang besar merubah paradigma fikiranku. ‘Aku butuh mimpi dan aku harus bisa mewujudkannya’ itulah sugesti yang kutanamkan dalam diriku. Dan karena kekuatan sugesti itulah, aku dapat memaknai sesuatu hal dengan pola yang lebih luas. Ketika aku merasa takdir berat menimpaku, aku selalu percaya bahwa banyak orang yang lebih menderita dariku.

BERHASIL!!!!!
Mimpiku untuk terlihat sama dengan teman sebayaku telah kucapai. Aku bisa bermain dan menjelajahi petualangan yang mengasyikan bersama teman-temanku, tanpa perduli dengan vonis dokter. Aku sehat, walau dokter bilang tidak. Aku bisa mengikuti praktek olahraga untuk kelulusanku, walaupun dua hari sebelumnya aku baru bisa bangun dari tempat tidurku. Aku mampu melaksanakan berbagai tes dan ujian yang menentukkan kelulusanku meski banyak membolos karena kondisi tubuhku yang tidak memungkinkan. Aku bahkan mendapatkan bea siswa di salah satu Perguruan Tinggi di luar kota. Namun, karena orang tuaku terlalu mengkhwatirkanku, akhirnya bea siswa itu tidak kuambil, mereka malah mendaftarkanku untuk masuk di Universitas swasta di kotaku.

Aku tidak boleh terpuruk, meskipun tidak berkuliah di Perguruan Tinggi Negri, aku harus mampu membuat sesuatu yang WOW untuk kehidupanku yang singkat ini. Aku harus bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa aku bisa. Entah bagaimana ceritanya, aku terjerumus ke dalam dunia sastra. Dan aku sangat menyukai dunia baruku ini.

Tau tidak, apa yang sebenarnya membuatku terpuruk dalam permasalahan hidupku dulu? Itu karna sewaktu SMP aku mengalami situasi yang benar-benar berat (bagiku), dunia yang ceria dan terbuka tiba-tiba terasa hancur, bahkan aku seolah terlempar ke dalam dunia kelam yang tak membiarkanku untuk keluar dari dalamnya, terlebih adanya rasa malu dan bersalah yang menyebabkan aku enggan bercerita kepada siapapun, termasuk pada keluarga sendiri.

Aku terus memendam ini sampai pada akhirnya, aku seolah kehilangan diriku  sendiri (lost my self), aku jadi seorang yang pemilih dalam berhubungan dengan teman, aku tertutup dan entahlah... menurut teman-temanku, aku menjadi sosok yang judes dan menyebalkan.

Pada tahun 2010, ada permasalahan yang sebenarnya sepele, namun karna aku salah menyalurkan emosi yang sebenarnya bukan pada tempatnya (tepatnya, saya meneluarkan amarah yang terpendam selama ini, meski bukan pada persoalan yang sebenarnya) berubah fatal...

Sampai akhirnya karna kondisi psikologis yang makin semraut, keadaan ini berkembang menggerogoti tubuhku. Aku mulai banyak mendapatkan serangan dari tubuh saya sendiri. Berbagai vonis mengerikan dari dokter sering aku terima, dan itu benar-benar membuatku seolah mati segan, hidup tak mau.

Akhirnya, satu titik cerah itu muncul, melalui salah seorang doktor yang memeriksaku, beliau malah mengaggap ‘enteng’ penyakitku. Menurutnya, hanya perasaan dan pikiranku saja yang terus membuat penyakit-penyakit itu betah dan kian banyak terakumulasi dalam tubuhku.

Beliau mulai mengajarkan bagaimana bersugesti yang baik dan tetap semangat, akhirnya itu seolah berdampak sejuk pada diriku. Aku mulai merajut banyak keinginan dan juga mimpiku, aku seolah terlahir kembali. Aku bahkan tidak pernah menawar mimpiku, MIMPI TANPA BATASAN TORERIR, YANG LEBIH BAIK YANG SELALU AKAN SAYA KEJAR, TANPA HARUS MEMBUANG MIMPI LAMA, SEMUANYA BISA TERWUJUD MESKI DALAM KONTEKS YANG BERBEDA.

Aku bahkan mampu mengambil keputusan yang cukup berani menurutku, aku yang tadinya fokus dan memang menekuni jurusan akuntansi, aku malah mengambil jurusan konseling... aku ingin mampu membantu orang lain yang juga kebingungan dalam mengatasi permasalahan dirinya, sama sepertiku dahulu.

Dan sekarang aku benar-benar menjadi si pemimpi.

Mimpi, menurut aku bukan sekadar gambaran, tapi juga peta untuk menuju masa depan. Untuk itu saya perlu teknik dan strategi untuk mencapai mimpi saya, guna terciptanya masa depan yang cerah seperti impian saya.

Tidak menjadi dokter, saya tetep bisa merawat dan mengurus keluarga yang sakit.

Tidak jadi seorang peneliti dengan jas laboratorium, aku bisa meneliti kehidupan sehari-hari dengan pemikiran ilmiah.

Bermimpi boleh saja bukan? Bahkan ada pepatah yang bilang saat manusia berhenti bermimpi, maka ia juga akan mati... wuuuuuuu... serem kan?

Tapi beneran lho ini maknanya dapet banget.
Coba pikir, kalau kita berhenti punya keinginan yang kuat, buat apa kita hidup? Apa hanya akan menjadi manusia tanpa tujuan dan gairah?

Ada satu strategi ampuh, sebenernya sih ini antara rahasia dan bukan rahasia sih...
 
Sugesti
jangan mikir bakalan bahas magic.. tentu bukan ya,
Sugesti positif itu sangat perlu untuk menimbulkan motivasi sehingga hambatan-hambatan yang dirasa sulit ditahlukan untik mencapai mimpi dapat kita tumpas.

Juga dengan tidak membayangkan hidup yang enak. Lho? Kok?

Iya memang seperti itu, mimpi harus dibarengi dengan niatan untuk mewujudkannya kan? Bukan malah terhanyut di dalamnya? Nah jadi jangan anggap mimpi kita itu gampang untuk kita raih... tapi pikirkan bahwa mimpi itu pasti kita raih tapi cepat atau lambatnya tercapai ya, dari seberapa besar usaha kita. Kalau kita membayangkan yang mudahnya saja, mana siap kita menghadapi hambatan.
 
          Jadi aku tetap yakin bahwa semua mimpi yang  kuciptakan bukan sekedar gambaran masa depan saja, tapi juga peta agar aku tak tersesat ke sembarang arus, meski aku berubah fikiran, tapi mimpi itu akan tercapai jika saya tetap berada pada jalur dan pola yang sudah saya buat. Dan tentunya do’a dan hubungan dengan Tuhan selalu saya jaga, biar bagaimanapun hasil akhir itu kuasanya.

          Masa depan aku? aku menggambarkan dimana saya menjadi konselor yang Insya Allah Profesional dan tidak silau untuk memandang manusia seara subjektif. Memiliki keluarga kecil dengan konsep “A BEAUTYFUL FAMILY CULTURE”. Tentunya dengan menerapkan hasil penelitian dan survey serta teori yang aku peroleh selama ini. Buat saya, meskipun nantinya mungkin aku hanya akan berkarir sebagai ibu rumah tangga. Tapi tetap aku harus profesional, karna sesungguhnya menjadi Ibu rumah tangga adalah karir besar dimana kita harus dituntut dengan keprofesionalan. Hal ini lah yang membuat saya semangat untuk belajar, apalagi mengenai ruang lingkup psikologi dan perkembangan manusia. Mempelajari bagaimana perasaan orang lain, cara bertindak dan ranah mana yang harus aku masuki dan tidak boleh aku ganggu.

Langkah move on-ku terus aku jalurkan dengan pikiran yang baik ini... dengan mimpi, aku akan semakin move on dan semangat menjalani hidup sebagai manusia yang berkualitas. Sekarang ada juga kata-kata yang slalu kuucapkan sebelum menutup mata (tidur), “Aku telah mempersiapkan diriku bukan untuk terus JATUH dan GAGAL , tapi AKU telah bersiap untuk terus TUMBUH dan ber-PROSES dalam tahapan2 yang mengarahkan diriku ke arah KEBERHASILAN bukan KESULITAN yang nantinya menghalangiku, tapi DIRIKU sendiri sesulit apapun itu , aku pasti BISA BERDAMAI dengan diriku dan setiap MASALAH yang menyertaiku ,
KU sangat tahu itu KARNA aku MAU dan aku MAMPU ...”

Aku juga percaya bahwa aku ini bukan manusia yang lemah, tapi kemarin... aku sendiri yang membuat diriku menjadi lemah. Meski sekarang aku masih memendam rasa sakit itu, tanpa menceritakannya kepada siapapun, aku jadi lebih bersikap memaafkan dan menjalani hariku ke depan dengan bahagia.

Dengan hidup seperti ini, aku merasa bahagia denagn diriku sendiri.

Tulisan ini, diikut sertakan dalam GA KETIKA CINTA HARUS PERGI. Cek info-nya di : http://jarilentikyangmenari.blogspot.com/2013/07/ga-ketika-cinta-harus-pergi.html?m=1

You May Also Like

2 komentar

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan komentar, kritik dan saran... mari berteman