MOVE ON DENGAN BERANI BERMIMPI
Awalnya, aku hanyalah remaja madya yang terlalu berfikir realistis dan bahkan enggan untuk bermimpi, aku terlalu pasrah pada takdir buruk yang menerpaku. Tapi di awal tahun 2012, sesuatu yang besar merubah paradigma fikiranku. ‘Aku butuh mimpi dan aku harus bisa mewujudkannya’ itulah sugesti yang kutanamkan dalam diriku. Dan karena kekuatan sugesti itulah, aku dapat memaknai sesuatu hal dengan pola yang lebih luas. Ketika aku merasa takdir berat menimpaku, aku selalu percaya bahwa banyak orang yang lebih menderita dariku.
BERHASIL!!!!!
Mimpiku untuk terlihat sama dengan teman sebayaku telah kucapai. Aku bisa bermain dan menjelajahi petualangan yang mengasyikan bersama teman-temanku, tanpa perduli dengan vonis dokter. Aku sehat, walau dokter bilang tidak. Aku bisa mengikuti praktek olahraga untuk kelulusanku, walaupun dua hari sebelumnya aku baru bisa bangun dari tempat tidurku. Aku mampu melaksanakan berbagai tes dan ujian yang menentukkan kelulusanku meski banyak membolos karena kondisi tubuhku yang tidak memungkinkan. Aku bahkan mendapatkan bea siswa di salah satu Perguruan Tinggi di luar kota. Namun, karena orang tuaku terlalu mengkhwatirkanku, akhirnya bea siswa itu tidak kuambil, mereka malah mendaftarkanku untuk masuk di Universitas swasta di kotaku.
Aku tidak boleh terpuruk, meskipun tidak berkuliah di Perguruan Tinggi Negri, aku harus mampu membuat sesuatu yang WOW untuk kehidupanku yang singkat ini. Aku harus bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa aku bisa. Entah bagaimana ceritanya, aku terjerumus ke dalam dunia sastra. Dan aku sangat menyukai dunia baruku ini.
Tau tidak, apa yang sebenarnya membuatku
terpuruk dalam permasalahan hidupku dulu? Itu karna sewaktu SMP aku
mengalami situasi yang benar-benar berat (bagiku), dunia yang ceria dan terbuka
tiba-tiba terasa hancur, bahkan aku seolah terlempar ke dalam dunia kelam yang
tak membiarkanku untuk keluar dari dalamnya, terlebih adanya rasa malu dan
bersalah yang menyebabkan aku enggan bercerita kepada siapapun, termasuk pada
keluarga sendiri.
Aku terus
memendam ini sampai pada akhirnya, aku seolah kehilangan diriku sendiri (lost my self), aku jadi seorang yang
pemilih dalam berhubungan dengan teman, aku tertutup dan entahlah... menurut
teman-temanku, aku menjadi sosok yang judes dan menyebalkan.
Pada tahun 2010,
ada permasalahan yang sebenarnya sepele, namun karna aku salah menyalurkan
emosi yang sebenarnya bukan pada tempatnya (tepatnya, saya meneluarkan amarah
yang terpendam selama ini, meski bukan pada persoalan yang sebenarnya) berubah
fatal...
Sampai akhirnya
karna kondisi psikologis yang makin semraut, keadaan ini berkembang
menggerogoti tubuhku. Aku mulai banyak mendapatkan serangan dari tubuh saya
sendiri. Berbagai vonis mengerikan dari dokter sering aku terima, dan itu benar-benar
membuatku seolah mati segan, hidup tak mau.
Akhirnya, satu
titik cerah itu muncul, melalui salah seorang doktor yang memeriksaku, beliau
malah mengaggap ‘enteng’ penyakitku. Menurutnya, hanya perasaan dan pikiranku
saja yang terus membuat penyakit-penyakit itu betah dan kian banyak terakumulasi
dalam tubuhku.
Beliau mulai
mengajarkan bagaimana bersugesti yang baik dan tetap semangat, akhirnya itu
seolah berdampak sejuk pada diriku. Aku mulai merajut banyak keinginan dan juga
mimpiku, aku seolah terlahir kembali. Aku bahkan tidak pernah
menawar mimpiku, MIMPI TANPA BATASAN TORERIR, YANG LEBIH BAIK YANG SELALU AKAN
SAYA KEJAR, TANPA HARUS MEMBUANG MIMPI LAMA, SEMUANYA BISA TERWUJUD MESKI DALAM
KONTEKS YANG BERBEDA.
Aku bahkan mampu mengambil keputusan yang
cukup berani menurutku, aku yang tadinya fokus dan memang menekuni jurusan
akuntansi, aku malah mengambil jurusan konseling... aku ingin mampu membantu
orang lain yang juga kebingungan dalam mengatasi permasalahan dirinya, sama
sepertiku dahulu.
Dan sekarang aku benar-benar menjadi si pemimpi.
Mimpi, menurut aku bukan sekadar gambaran,
tapi juga peta untuk menuju masa depan. Untuk itu saya perlu teknik dan
strategi untuk mencapai mimpi saya, guna terciptanya masa depan yang cerah
seperti impian saya.
Tidak menjadi dokter, saya tetep bisa
merawat dan mengurus keluarga yang sakit.
Tidak jadi seorang peneliti dengan jas
laboratorium, aku bisa meneliti kehidupan sehari-hari dengan pemikiran ilmiah.
Bermimpi boleh saja bukan? Bahkan ada
pepatah yang bilang saat manusia berhenti bermimpi, maka ia juga akan mati...
wuuuuuuu... serem kan?
Tapi beneran lho ini maknanya dapet banget.
Coba pikir, kalau kita berhenti punya
keinginan yang kuat, buat apa kita hidup? Apa hanya akan menjadi manusia tanpa
tujuan dan gairah?
Ada satu strategi ampuh, sebenernya sih ini
antara rahasia dan bukan rahasia sih...
Sugesti
jangan mikir bakalan bahas magic.. tentu bukan ya,
Sugesti positif itu sangat perlu untuk menimbulkan motivasi sehingga hambatan-hambatan yang dirasa sulit ditahlukan untik mencapai mimpi dapat kita tumpas.
Juga dengan tidak membayangkan hidup yang
enak. Lho? Kok?
Iya memang seperti itu, mimpi harus dibarengi dengan niatan untuk mewujudkannya kan? Bukan malah terhanyut di dalamnya? Nah jadi jangan anggap mimpi kita itu gampang untuk kita raih... tapi pikirkan bahwa mimpi itu pasti kita raih tapi cepat atau lambatnya tercapai ya, dari seberapa besar usaha kita. Kalau kita membayangkan yang mudahnya saja, mana siap kita menghadapi hambatan.
Jadi aku tetap yakin bahwa semua mimpi yang kuciptakan bukan sekedar gambaran masa depan saja, tapi juga peta agar aku tak tersesat ke sembarang arus, meski aku berubah fikiran, tapi mimpi itu akan tercapai jika saya tetap berada pada jalur dan pola yang sudah saya buat. Dan tentunya do’a dan hubungan dengan Tuhan selalu saya jaga, biar bagaimanapun hasil akhir itu kuasanya.
Masa
depan aku? aku menggambarkan dimana saya menjadi konselor yang Insya Allah
Profesional dan tidak silau untuk memandang manusia seara subjektif. Memiliki
keluarga kecil dengan konsep “A BEAUTYFUL
FAMILY CULTURE”. Tentunya dengan menerapkan hasil penelitian dan survey serta teori yang
aku peroleh selama ini. Buat saya, meskipun nantinya mungkin aku hanya akan
berkarir sebagai ibu rumah tangga. Tapi tetap aku harus profesional, karna
sesungguhnya menjadi Ibu rumah tangga adalah karir besar dimana kita harus
dituntut dengan keprofesionalan. Hal ini lah yang membuat saya semangat untuk
belajar, apalagi mengenai ruang lingkup psikologi dan perkembangan manusia.
Mempelajari bagaimana perasaan orang lain, cara bertindak dan ranah mana yang
harus aku masuki dan tidak boleh aku ganggu.
Langkah move
on-ku terus aku jalurkan dengan pikiran yang baik ini... dengan mimpi, aku akan
semakin move on dan semangat menjalani hidup sebagai manusia yang berkualitas. Sekarang
ada juga kata-kata yang slalu kuucapkan sebelum menutup mata (tidur), “Aku telah mempersiapkan diriku bukan
untuk terus JATUH dan GAGAL , tapi AKU telah bersiap untuk terus TUMBUH dan
ber-PROSES dalam tahapan2 yang mengarahkan diriku ke arah KEBERHASILAN bukan
KESULITAN yang nantinya menghalangiku, tapi DIRIKU sendiri sesulit apapun itu ,
aku pasti BISA BERDAMAI dengan diriku dan setiap MASALAH yang menyertaiku ,
KU sangat tahu itu KARNA aku MAU dan aku MAMPU ...”
KU sangat tahu itu KARNA aku MAU dan aku MAMPU ...”
Aku juga percaya bahwa aku ini bukan
manusia yang lemah, tapi kemarin... aku sendiri yang membuat diriku menjadi
lemah. Meski sekarang aku masih memendam rasa sakit itu, tanpa menceritakannya
kepada siapapun, aku jadi lebih bersikap memaafkan dan menjalani hariku ke
depan dengan bahagia.
Dengan hidup seperti ini, aku merasa
bahagia denagn diriku sendiri.
Tulisan ini,
diikut sertakan dalam GA KETIKA CINTA HARUS PERGI. Cek info-nya di : http://jarilentikyangmenari.blogspot.com/2013/07/ga-ketika-cinta-harus-pergi.html?m=1
2 komentar
:') sweet
BalasHapussemangat!
Makasih, Mbak :)
HapusJangan lupa tinggalkan jejak dengan komentar, kritik dan saran... mari berteman