DI TITIK TIGA PULUH

by - Jumat, September 06, 2013


Di titik tiga puluh, saya membayangkan diri saya telah banyak mencapai mimpi-mimpi yang saya bangun dengan menapaki peta konsep gambaran masa depan yang telah saya rancang.

Ya begitulah memang, mimpi, cita-cita ataupun harapan, semua orang berhak dan harus  memiliki serta meraihnya.  Oleh karna itu saya memiliki gambaran agar tidak tersesat untuk meraihnya maka saya mensugestikan  bahwa mimpi adalah peta masa depan saya.

Dan di umur saya yang Insya Allah nanti melampaui titik tiga puluh tahun, saya telah merancangnya agar dapat melampaui cita-cita, mimpi dan harapan saya, meskipun kian hari mimpi dan keinginan saya kian banyak dan terkadang mengalami fluktuasi, tetapi tetap saya mempunyai tujuan yang dicapai pada titik ini.

Pada usia tiga puluh tahun, Saya menggambarkan dimana saya menjadi konselor yang Insya Allah Profesional dan tidak silau untuk memandang manusia seara subjektif. Memiliki keluarga kecil dengan konsep “A BEAUTYFUL FAMILY CULTURE”. Konsep ini adalah konsep rancangan saya untuk mewujudkan suatu keluarga yang menghidupi kehidupan rumah tangga dengan cinta-kasih, dan pendidikan yang tepat. Tentunya dengan menerapkan hasil penelitian dan survey serta teori yang saya peroleh selama ini. Buat saya, meskipun nantinya mungkin saya hanya akan berkarir sebagai ibu rumah tangga. Tetapi tetap saya harus profesional, karna sesungguhnya menjadi Ibu rumah tangga adalah karir yang sangat besar dan luar biasa dimana kita harus dituntut dengan keprofesionalan. Hal ini lah yang membuat saya semangat untuk belajar, apalagi mengenai ruang lingkup psikologi dan perkembangan manusia. Mempelajari bagaimana perasaan orang lain, cara bertindak dan ranah mana yang harus saya masuki dan tidak boleh saya ganggu.

Ah, tak lengkap rasanya jika hanya memiliki mimpi sebatas itu, karna memang sejatinya, saya tidak pernah membatasi mimpi dan harapan saya, menurut saya mimpi itu sesuatu yang tidak boleh ditawar dan ditelorir selama itu menjadi sesuatu yang berguna meskipun dalaam konteks yang berbeda.

Dan mimpi-mimpi saya lainnya di antaranya pergi umrah sebelum menikah, naik haji, menjadi penulis yang menulis karna kedisiplinan –bukan DL seperti sekarang, karna saya orangya pelupa-, mencukupi berbagai keperluan sendiri, ingin jadi koki keluarga yang bisa diandalkan, ingin jadi mentri keuangan diri sendiri dan keluarga yang baik, Menjadi istri yang shalehah, menjadi ratu di dalam keluarga sekaligus mentri yang profesional dalam menangani berbagai urusan perumah-tanggaan, menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya, menjadi mentri dalam berbagai urusan rumah yang baik, menjadi orang yang menyenangkan, punya banyak teman, bisa menyaksikan TV5XQ, Penjelajah, punya banyak jaringan di mana pun dan masih banyak lagi.  

Nah bicara mimpi dan gambaran yang menyenangkan saja, tentunya akan membuat saya terbuai dengan pemikiran saya sendiri. Oleh karna itu saya menerapkan 2 strategi jitu dalam berusaha menjelajahi peta yang saya gambar.
Sugesti
jangan mikir bakalan bahas magic.. tentu bukan ya,
Sugesti positif itu sangat perlu untuk menimbulkan motivasi sehingga hambatan-hambatan yang dirasa sulit ditakhlukan untuk mencapai mimpi dapat kita tumpas.

Juga dengan tidak membayangkan hidup yang enak. Lho? Kok?
Iya memang seperti itu, mimpi harus dibarengi dengan niatan untuk mewujudkannya kan? Bukan malah terhanyut di dalamnya? Nah jadi jangan anggap mimpi kita itu gampang untuk kita raih... tapi pikirkan bahwa mimpi itu pasti kita raih tapi cepat atau lambatnya tercapai ya, dari seberapa besar usaha kita. Kalau kita membayangkan yang mudahnya saja, mana siap kita menghadapi hambatan.

Sementara itu juga saya ngak berkecil hati karna ada beberapa mimpi saya yang sudah pupus. Yaitu menjadi dokter, akuntan dan peneliti. Tapi saya punya pemikiran lain, bahwa saya tetep kok bisa mewujudkannya dengan konteks yang berbeda.

Tidak menjadi dokter, saya tetep bisa merawat dan mengurus keluarga yang sakit. Contohnya, ya seperti sekarang ini, Ibu saya sedang sakit yang lumayan membutuhkan perhatian. Kakinya sedang tidak bisa difugsikan sebagai mana mestinya, sedang tidak bisa berjalan, sementara Ayah saya sedang ditugaskan ke luar kota dan atas berbagai pertimbangan kami belum memberitahukan kepada Ayah tentang musibah kecil ini.
Tidak menjadi akuntan, Insya Allah saya bisa menjaadi mentri keuangan yang baik untuk diri saya sendiri dan keluarga saya kedepannya. Saya orang yang terkadang terlalu jauh memikirkan sesuatu. Oleh karna itu saya sadar bahwa saya ini seorang anak pertama yang memiliki selisih umur mencapai hampir sepuluh tahun dengan adik-adik saya. Maka bagaimana nantinya saya membantu keuangan keluarga saya, sejak saat ini saya sudah mulai menabung untuk membeli tanah atau investasi yang menjanjikan dengan minimnya masa penyusutannya. Yah, jadi nantinya penghasilan sawah ini, meski dikerjakan oleh orang lain, tapi tetap mampu memandirikan orang tua saya di masa tuanya. Karna saya tahu, orang tua itu pasti segan untuk bermanja terhadap anak, apalagi untuk urusan finansia. Doakan saja ya, semoga uangnya cepat terkumpul banyak.

Tidak jadi seorang peneliti dengan jas laboratorium, saya bisa meneliti kehidupan sehari-hari dengan pemikiran ilmiah.

Bermimpi boleh saja bukan? Bahkan ada pepatah yang bilang saat manusia berhenti bermimpi, maka ia juga akan mati... wuuuuuuu... serem kan?

Tapi beneran lho ini maknanya dapet banget.
Coba pikir, kalau kita berhenti punya keinginan yang kuat, buat apa kita hidup? Apa hanya akan menjadi manusia tanpa tujuan dan gairah?  

Jadi saya di titik tiga puluh tahun, Insya Allah mampu mencapai rancangan peta masa depan saya dengan mimpi, usaha serta do’a. Dan di titik tiga puluh tahun ini juga, saya berusaha memulai rancangan baru untuk mengantisipasi fase dewasa yang matang. 

Diikut sertakan dalam GA by Aida M.A. cek info di

http://jarilentikyangmenari.blogspot.com/2013/08/ga-aidama.html

You May Also Like

7 komentar

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan komentar, kritik dan saran... mari berteman