BERHENTI BELAJAR JADI KORUPTOR!!!

by - Selasa, November 25, 2014


Kenyang. Satu kata yang mewakili pengindraan kita dari kata Korupsi. Hampir setiap hari, berita-berita bertajuk korupsi menjadi wejangan yang memuakan. Korupsi nyatanya merupakan ancaman paling serius yang menghambat pembangunan untuk kemajuan bangsa Indonesia baik dari segi ekonomi, infrastuktur negara  maupun pemerintahan yang mempersulit tegaknya makna demokrasi.
Maraknya kasus korupsi di Indonesia seolah menyadarkan bahwa ternyata korupsi itu sendiri telah membudaya. Jelas saja hal ini membuat pesimisme pada pemberantasan korupsi. Padahal dampak luar biasa dari korupsi terus mengincar setiap detik, memakan hak-hak asasi hajat hidup warga negara di dalamnya.
Korupsi sebenarnya bukan hanya terjadi dari kasus besar seperti penggelapan dana untuk kasus besar. Kebiasaan nakal yang sepele seperti adanya “pilih kasih” untuk menguntungkan pihak-pihak terdekat atau berkepentingan, rasa malas yang menjadi lingkaran setan karena mengkorupsi waktu yang berimbas mengganggu hak orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dari mana lahirnya keterampilan berkorupsi jika tidak dari kebiasaan yang membudaya. Jadi sebelum kebiasaan-kebiasaan kecil ini membentuk karakteristik kita untuk menjadi koruptor yang hebat, maka sejak dini kita perlu menyadari bahwa sekecil apapun kecurangan yang kita lakukan, akan menipu diri kita sendiri juga merugikan orang lain.
Sadarkah pemuda jika bibit-bibit korupsi itu tumbuh subur dan berkembang dalam diri karena ulahmu sendiri? 


Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, menjadi kacau, bukan saja karena biaya pendidikan yang dicatut sana-sini hingga pengalokasiannya tidak maksimal. Tetapi, adanya “pilih kasih” oknum-oknum berkepentingan juga telah merampas hak mereka yang pantas. Memberikan uang pelicin untuk mempermudah lolos seleksi masuk sekolah, telah merampas hak siswa lain untuk berpendidikan yang layak sesuai kemauannya. Mengkorupsi waktu belajar untuk bermain dan membolos sama saja menyalahgunakan amanah rakyat dari subsidi pendidikan yang telah kita terima. Dari uang subsidi pendidikan, rakyat berhak mendapatkan generasi penerus bangsa yang kompeten, jujur dan dibanggakan, bukan dikecewakan dengan kasus seperti ini.  Dari kasus pembelian penelitian skripsi, hak rakyat untuk mendapatkan generasi unggulan yang mampu membuat perubahan (agent of change) dan bekerja dengan tepat, pupus sudah. Yang rakyat dapatkan hanyalah kerugian karena kewajibannya terenggut sementara hak-haknya terdustakan.
Sebagai pemuda yang akan mewarisi kekayaan bangsa, haruslah kita sadar jika kemudahan fasilitas yang bisa kita miliki saat ini adalah bagian dari pengorbanan rakyat yang mengharapkan hak-hak kemanusiaannya lebih terjamin. Maka dari itu, kita harus mampu membuang bibit-bibit korupsi yang membuat diri kita berlajar dan berguru kepada kesesatan dan menjadi koruptor yang telak. Dengan menjadi pemuda tangguh, jujur, dan mampu menjaga amanah, kita mampu menjamin hak-hak kemanusiaan generasi lalu dan masa mendatang untuk hidup bebas dari rasa aman karena keadilannya terjaga; bebas berpendidikan karena terfasilitasi sesuai dengan usahanya; bebas hidup karena diakui sebagai makhluk Tuhan yang memiliki derajat, hak dan kewajiban yang sama; bebas hidup dalam perbedaan keturunan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, suku dan bangsa; bebas hidup dalam mengemban sikap berani membela kebenaran dan keadilan karena terlindungi oleh hukum yang mengatur.
Kebebasan dan hak-hak dasar inilah yang perlu kita lindungi karena itu merupakan hak asasi manusia yang secara kodrat melekat pada diri manusia sejak dalam kandungan hingga meninggalnya. Karena dengan adanya jaminan perlindungan tersebut, seluruh rakyat mampu mengembangkan diri dan sejahtera dalam kehidupannya. Seperti tujuan yang menjadi acuan kita untuk tidak mengabaikan bibit-bibit korupsi kecil yang mampu membawa pada kelihaian untuk menjadi koruptor kelas hiu, Sebagai pemuda yang menyokong pembanguanan negri, yang perlu kita lakukan pertama adalah memiliki keyakianan jika korupsi itu bisa kita berantas hingga ke akar. Sebelum terjun untuk menumpas korupsi dalam cakupan luas, sedini mungkin kita perlu membasmi bibit-bibit korupsi dalam diri kita.
Cara memberantas korupsi yang pertama adalah membuat keyakianan positif jika korupsi bisa kita berantas. Keyakinan ini harus dilandasi sikap yang menamengi kita untuk berhenti melakukan hal-hal kecil yang merugikan orang lain. Berhenti jadi pemuda pemalas, berhenti jadi pemuda yang hanya bisa mengandalkan orang lain. Cobalah menjadi pemuda mandiri yang mampu menyelesaikan permasalahan dengan jujur dan bijak. Karena dari setiap tindakan yang kita lakukan, akan berbanding lurus sepanjang kehidupan berjalan.
Sikap-sikap positif sederhana dan pendisiplinan diri perlu dipelihara sehingga terbentuklah perubahan yang berefek bagi banyak jiwa. Perubahan kearah lebih baik bukanlah hal yang harus kita tunggu, tetapi kita ciptakan. 

 

Selain itu, sugestikan untuk setidaknya menyebarkan virus positif yang mampu membunuh perilaku maladitif yang mengganggu hak kemanusiaan di sekeliling. Jadikan diri kamu sebagai pembawa perubahan dengan mensosialisaikan tentang pentingnya menjadi manusia yang mengutamakan hak orang banyak dalam bertindak. Dimulai dari diri sendiri yang menyebarkan hingga orang-orang dengan jarak 5 meter dari kanan-kiri, depan-belakangmu. Buatlah pola pohon bercabang sebagai penyebar kesadaran untuk berhenti mengembangbiakan bibit-bibit korupsi dari dalam diri. Tidak usah melulu, hal ini bisa kita selipkan dalam obrolan santai atau kita publikasikan dalam blog dan media sosial. Karena hanya dari tahu, melihat dan menyadari, empati dan akan datang, menyebar dan menyatu dalam tindakan yang menguat untuk tujuan yang sama. Demi keadilan dan kesejahteraan hidup bebas dari korupsi dari generasi ke generasi.
Dengan menyerukan kata “BERHENTI BELAJAR JADI KORUPTOR!!!” mari kita memulai hidup dengan perubahan yang kita ciptakan, dengan menjemput kebiasaan-kebiasan baik dan mendepak jauh kelakuan maladitif. Bangkitlah pemuda Indonesia, demi hari ini, hari esok dan hari lalu yang telah menjadi korban.

Inshaa Allah, dengan meminta perlindungan Allah, semoga kita terhindar dari bibit-bibit korupsi. Wallahul musta’an ^_^

You May Also Like

2 komentar

  1. Ternyata akar korupsi itu sepele sekali ya. Hal-hal sepele seperti malas memang sukses sekali bikin gagal move on. Tapi begitulah, setidaknya semoga kita selalu berusaha meminimalisir. Aamiin. 3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak...

      semoga...
      aamiin allahumma aamiin :)

      Terimakasih sudah berkunjung :)

      Hapus

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan komentar, kritik dan saran... mari berteman